watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

AYAH SAHABATKU

Oom Icar, 47 tahun juga cukup dikenal akrab
oleh Sinta karena dia sering bertandang di rumah
sahabatnya ini. Pada penampilan luarnya Oom
Icar bertampang simpatik dan malah kelihatan
sebagai orang alim, tapi kenapa sampai bisa
berhubungan dengan Sinta ini awalnya cukup
konyol. Secara kebetulan keduanya saling
kepergok di sebuah hotel ketika masing-masing
akan melakukan perbuatan iseng. Oom Icar saat
itu sedang menggandeng seorang pelacur
langganan tetapnya dan Sinta saat itu sedang
digandeng dr.Budi.

Keduanya jelas-jelas bertemu di gang hotel sama-
sama tidak bisa mengelak. Tentu saja sama-sama
kaget tapi masing-masing cepat bisa
bersandiwara pura-pura saling tidak kenal.
Kelanjutan dari itu masing-masing sepakat
bertemu dikesempatan tersendiri untuk saling
menjelaskan dan membela diri. Bahwa kalau Sinta
mengaku hubungannya dengan dr.Budi karena
kena bujuk diajak beriseng dan cuma dengan laki-
laki itu saja, sedang Oom Icar mengaku bahwa
dia terpaksa mencari pelarian karena Tante Vera,
istrinya, katanya sudah kurang bergairah
menjalankan kewajibannya sebagai istri di tempat
tidur. Masuk akal bagi Sinta karena dilihatnya
Tante Vera yang gemuk itu memang lebih sibuk
di luar rumah mengurus bisnis berliannya
ketimbang mengurus suami dan keluarganya. Itu
sebabnya Asmi, salah satu anaknya juga jadi
bebas dan liar di luaran.

Dari pertemuan itu masing-masing nampak sama
ketakutan kalau rahasianya terbongkar di luaran.
Sinta takut hubungannya dengan dr.Budi
didengar orang tuanya sedang Oom Icar juga
lebih takut lagi nama baiknya jadi rusak.
Berikutnya karena kadung sudah saling terbuka
kartu masing-masing, keduanya yang berusaha
agar saling menutup mulut jangan membuka
rahasia ini justru menemukan cara tersendiri yaitu
dengan membuat hubungan gelap satu sama
lain. Ide ini terlontar oleh Oom Icar yang coba
merayu Sinta ternyata diterima baik oleh Sinta.

Singkat cerita kesepakatan pun tercapai, cuma
ketika menjelang janji bertemu di suatu tempat di
mana Oom Icar akan menjemput dan membawa
Sinta ke hotel, Sinta meskipun melihat tidak ada
salahnya mencoba iseng dengan Oom Icar tidak
urung berdebar juga jantungnya. Tegang karena
partner kali ini hubungannya terkait dekat. Sekali
meleset dan terbongkar bisa fatal urusan
malunya. Begitu juga waktu sudah semobil di
sebelah Oom Icar, sempat kikuk malu dia dengan
laki-laki yang ayah sahabatnya ini. Pasalnya Oom
Icar yang sebenarnya juga sama tegang karena
kali ini yang dibawa adalah teman dekat anak
gadisnya, dia hampir tidak ada suaranya dan
pura-pura sibuk menyetir mobilnya sehingga
Sinta didiamkan begini jadi salah tingkah
menghadapinya. Tapi waktu sudah masuk kamar
hotel dan mengawali dengan duduk ngobrol dulu
merapat di sofa, di situ mulai ke luar keluwesan
Oom Icar dalam bercumbu. Sinta pun mulai
lincah seperti biasa pembawaannya kalau sedang
menghadapi dr.Budi. Genit manja jinak-jinak
merpati membuat si Oom tambah penasaran
terangsang kepadanya. Waktu itu dengan mesra
Oom Icar menawarkan makan pada Sinta tapi
ditolak karena masih merasa kenyang.
"Aku minta rokoknya Oom.. Sinta pengen
ngerokok." pinta Sinta sebagai alternatif tawaran
Oom Icar.

"Oh ngerokok juga? Iya ada, mari Oom yang
pasangin. Oom nggak tau kalo Sinta juga
ngerokok."
"Cuma sekali-sekali aja, abis deg-degan pergi
sama Oom ke sini." jelas Sinta menunjukan
kepolosannya.
"Kok sama, Oom juga sempat tegang waktu
bawa Sinta di mobil tadi, takut kalo ada yang
ngeliat."
Masing-masing sama mengakui apa yang
dirasakan selama dalam perjalanan. Sinta mulai
menggoda Oom Icar. www.ceritaindo.sextgem.com
"Masa udah tegang duluan, kan belum apa-apa
Oom?" godanya dengan genit.
"Oo yang itu memang belum, tapi jantungnya
yang tegang." jawab Oom Icar setelah
membakar sebatang rokok buat Sinta yang sudah
langsung menjulurkan tangannya, tapi masih
belum diberikan oleh Oom Icar.

"Mana, katanya mau pasangin buat Sinta?"
"Sebentar, sebelum ngerokok bibirnya Oom
musti cium dulu.."
Menutup kalimatnya Oom Icar langsung
menyerobot bibir Sinta memberinya satu ciuman
bernafsu, dibiarkan saja oleh Sinta hanya setelah
itu dia menggigit bibir malu-malu manja
menyandarkan kepalanya di dada Oom Icar
sambil menyelingi dengan merokok yang sudah
diterimanya dari Oom Icar. Melihat ini Oom Icar
semakin berlanjut.
"Bajunya basah keringetan nih, Oom bukain ya
biar nggak kusut?" katanya menawarkan tapi
sambil tangannya yang memeluk dari belakang
mulai mencoba melepas kancing baju Sinta.
Lagi-lagi Sinta tidak menolak. Dengan gaya acuh
tak acuh sibuk mengisap rokoknya, dia
membiarkan Oom Icar bekerja sendiri malah
dibantu menegakkan duduknya agar kemejanya
dapat diloloskan dari lengannya membuat dia
tinggal mengenakan kutang saja. Sinta memang
sudah terbiasa bertelanjang di depan lelaki, jadi
santai saja sikapnya. Tetapi ketika tangan Oom
Icar menyambung membuka reitsleting belakang
rok jeans-nya dan dari situ akan meloloskan rok
berikut celana dalamnya, baru sampai di pinggul
Sinta menggelinjang manja.

"Ngg.. masak aku ditelanjangin sendiri, Oom juga
buka dulu bajunya?"
"Iya, iya, Oom juga buka baju Oom.."
Segera Oom Icar melucuti bajunya satu persatu
sementara Sinta bergeser duduknya ke sebelah.
Berhenti dengan hanya menyisakan celana
dalamnya, dia pun beralih untuk meneruskan
usahanya melepas rok Sinta. Sekarang baru
dituruti tapi juga sama menyisakan celana
dalamnya. Tentu saja Oom Icar mengerti bahwa
Sinta masih malu-malu, dia tidak memaksa dan
kembali menarik Sinta bersandar dalam pelukan
di dadanya. Di situ dia mulai dengan mengecup
pipi Sinta sambil mengusap-usap pinggang
bergerak meremas lembut masing-masing
pangkal bawah susu si gadis yang masih tertutup
kutangnya.

"Sinta kurus ya Oom?" tanya Sinta sekedar
menghilangkan salah tingkah karena susunya
mulai digerayangi Oom Icar.
"Ah nggak, kamu malah bodimu bagus sekali
Sin." jawab Oom Icar memuji Sinta apa adanya
karena memang tubuh gadis ini betul-betul
berlekuk indah menggiurkan.
"Tapi Oom kan senengnya sama yang mantep,
yang hari itu Sinta liat ceweknya montok
banget.."
"Iya tapi orangnya jelek, udah tua. Abisnya nggak
ada lagi sih? Maunya nyari yang cakep kayak Sinta
gini. Kalo ini baru asyik.." rayu Oom Icar sambil
kali ini mencoba untuk membuka pengait bra
Sinta yang kebetulan terletak di bagian depan.
"Oom sih ngerayu. Buktinya belon apa-apa udah
bilang asyik duluan?"
"Justru karena yakin maka Oom berani bilang
gitu. Coba aja pikir, ngapain Oom sampe berani
ngajak Sinta padahal jelas-jelas udah tau temen
baiknya Asmi, ya nggak? Kalo bukan lantaran tau
kapan lagi dapet asyik ditemenin cewek secakep
Sinta, tentu Oom nggak akan nekat gini. Udah
lama Oom seneng ngeliat kamu Sin."
Sinta kena dipuji rayuan yang memang masuk
akal ini kontan bersinar-sinar bangga di
wajahnya. Perempuan kalau terbidik
kelemahannya langsung jadi murah hati, segera
mandah saja dia membiarkan kutangnya dilepas
sekaligus memberikan kedua susu telanjangnya
yang berukuran sedang membulat kenyal mulai
diremas tangan Oom Icar.

"Emangnya, Oom seneng sama Sinta sejak
kapan? Kayaknya sih Sinta liat biasa-biasa aja?"
"Dari Sinta mulai dateng-dateng ke rumah Oom
udah ketarik sama cantiknya, cuma masak musti
pamer terang-terangan? Tiap kali ngeliat rasanya
gemeesss sama kamu.." bicaranya menyebut
begitu sambil secara tidak sengaja memilin puting
susu di tangannya membuat si gadis lagi-lagi
menggelinjang manja.

"Aaa.. gemes mau diapain Oom?!"
"Gemes mau dipeluk-pelukin gini, dicium-ciumin
gini, atau juga diremes-remesin gini..
sshmmm.." jawab Oom Icar dengan
memperlihatkan contoh cara dia mendekap erat,
mengecup pipi dan meremas susu Sinta.
"Terusnya apalagi?"
"Terusnya yang terakhir ininya.. Apa sih namaya
ini?" tanya canda Oom Icar yang sebelah
tangannya sudah diturunkan ke selangkangan
Sinta, langsung meremas bukit vagina yang
menggembung dan merangsang itu.
"Itu bilangnya.. memek." jawab Sinta dengan
menoleh ke belakang sambil menggigit kecil bibir
Oom Icar. Bahasanya vulgar tapi Oom Icar malah
senang mendengarnya.

"Iya, kalau memek Sinta ini dimasukin Oom
punya, boleh kan?"
"Dimasukin apa Oom..?"
"Ini, apa ya bilangnya?" tanya lagi Oom Icar
dengan mengambil sebelah tangan Sinta
meletakkan di jendulan penisnya.
"Aaa.. ini kan bilangnya kontol.. Dimasukin ini
bahaya, kalo hamil malah ketauan orang-orang
Oom?" Sinta bergaya pura-pura takut tapi
tangannya malah meremas-remas jendulan penis
itu.
"Jangan ambil bahayanya, ambil enaknya aja.

Nanti Oom beliin pil pencegah hamilnya."
"Tapinya sakit nggak?" tanya Sinta sambil
mematikan rokoknya ke asbak.
"Kalo udah dicoba malah enak. Yuk kita pindah ke
tempat tidur?" Oom Icar mengajak tapi sambil
membopong Sinta pindah ke tempat tidur untuk
masuk di babak permainan cinta. Di sini Sinta
mulai memasrahkan diri ketika tubuhnya mulai
digeluti kecup cium dan raba gemas yang
menaikan birahi nafsunya. Sinta sudah pernah
begini dengan dr.Budi, caranya hampir sama dan
dia senang digeluti laki-laki yang sudah berumur
seperti ini. Karena mereka bukan hanya lebih
pengalaman tapi juga lebih teliti jika mengecapi
tubuh perempuan, apalagi gadis remaja seperti
dia. Asyik rasanya menggeliat-geliat, merengek-
rengek manja diserbu rangsangan bernafsu yang
bertubi-tubi di sekujur tubuhnya.

"Ahahhggg.. gellii Oomm.. Sshh.. iihh.. Oom

sakit gitu.. sssh.. hnggg.."
Mengerang antara geli dan perih tapi dengan
tertawa-tawa senang, yang begini justru
memancing si Oom makin menjadi-jadi. Oom
Icar yang nampaknya baru kali ini bergelut
dengan seorang gadis remaja cantik tentu saja
terangsang hebat, hanya saja dia sayang untuk
terburu-buru dan masih senang untuk
mengecapi sepuas-puasnya tubuh mulus indah
yang dagingnya masih padat kencang ini. Dari
semula saja dia sudah nekat melupakan
bagaimana status hubungannya dengan Sinta
apalagi setelah dilanda nafsu tinggi seperti ini.
Anak gadis teman baiknya dan sekaligus sahabat
anaknya ini begitu merangsang gairahnya
membuat dia jadi terlupa segala-galanya. Sinta
yang sudah memberi celana dalamnya diloloskan
jadi telanjang bulat sudah rata seputar tubuhnya
dijilati dengan rakus. Diberi bagian susunya
dihisap saja sudah membuat Oom Icar buntu
dalam asyik. Sibuk mulutnya menyedot
berpindah-pindah diantara kedua puncak bukit
yang membulat kenyal lagi pas besarnya itu,
lebih-lebih waktu Sinta di bagian terakhir
memberikan vaginanya dikecapi mulutnya.

Jangan bilang lagi, seperti anjing kelaparan dia
menyosor menjilat dan menyedot celah
merangsang itu sampai tidak peduli tingkatan
kesopanan lagi. Sahabat anak gadisnya yang
biasanya hormat sopan kalau datang ke
rumahnya, sekarang santai saja menjambak
rambutnya atau mendekap kepalanya
mempermainkan seperti bola kalau sosoran
mulut rakusnya membuat geli yang terlalu
menyengat.
"Ssshh.. aahnggg.. geliii.. Oomm.." Oom Icar
seru memuasi rasa mulutnya yang tentu saja
membuat Sinta terangsang tinggi dalam tuntutan
birahinya, tapi begitu pun jalan pelepasan yang
diberikan si Oom betul-betul memuaskan sekali.

Pada gilirannya Oom Icar merasa cukup dan
menyambung untuk mengecap nikmatnya
jepitan ketat vagina muda si gadis, di sinilah baru
terasa asyiknya penis ayah sahabatnya.

Sewaktu partama dimasuki, Sinta masih
memejamkan mata, dia baru tersadar ketika
batang itu sudah setengah terendam di
vaginanya. Agak ketat sedikit rasanya. Membuka
mata melirik ke bawah, dia langsung bisa
mengira-ngira seberapa besar batang itu.
"Aahshh.." dia mengerang dengan gemetar
kerinduan nafsunya hanya saja tangannya
mengerem pinggul Oom Icar agar tidak sekaligus
tancap masuk. Meskipun tidak diutarakan Sinta
lewat kata-kata tapi Oom Icar mengerti
maksudnya. Dia meredam sedikit emosinya dan
menusuk sambil membor penisnya lebih kalem.
Di situ batang penis ditahan terendam sebentar
untuk membawa dulu tubuhnya turun
menghimpit Sinta lalu dari situ dia berlanjut
membor sambil mulai memompa pelan naik
turun pantatnya. Untuk beberapa saat masuknya
batang diterima Sinta masih agak tegang, tapi
ketika terasa mulai licin dan sudah mulai bisa
menyesuaikan dengan ukuran Oom Icar. Dia pun
mulai meresapi nikmatnya batang Oom Icar.
"Wihhh.. ennaak sekalii!" begitu ketat dan begitu
mantap gesekannya membuat Sinta langsung
terbuai dengan nikmat sanggama yang baru
dibukanya dengan batang kenikmatan Oom Icar.

Saking asyiknya kedua tangan dan kakinya naik
mencapit tubuh Oom Icar seolah-olah menjaga
agar kenikmatan ini tidak dicabut lepas sementara
dia sendiri mulai ikut aktif mengimbangi kocokan
penis dengan putaran vaginanya yang
mengocok. Disambut kehangatan begini Oom
Icar tambah bersemangat memompa, semakin
lebih terangsang dia karena Sinta meskipun tidak
bersuara tapi gayanya hangat meliuk-liuk
setengah histeris. Bergerak terus dengan tangan
menggaruk kepala Oom Icar, kakinya yang
membelit tidak ubahnya bagai akan memanjat
tubuh si Oom. Kelihatan repot sekali gerak
sanggamanya yang seperti tidak bisa diam itu,
apalagi ketika menjelang sampai ke puncak
permainan, tambah tidak beraturan Sinta
menggeliat-geliat. Sementara itu si Oom yang
sudah serius tegang juga hampir mencapai
ejakulasinya.

Beberapa saat kemudian keduanya tiba dalam
orgasme secara bersamaan. Sinta yang mulai
duluan dengan memperketat belitannya.
"Aduuhh.. ayyuhh.. Oomm.. shh.. ahgh.. iyya..
duhh.. aahhh.. hgh.. aaahh.. aeh.. ahduhh..
sshhh Oom.. hheehh.. mmhg.. ayoh.. Sin.."
saling bertimpa kedua suara masing-masing
mengajak untuk melepas seluruh kepuasan
dengan sentakan-sentakan erotis. Sama-sama
mendapatkan kenikmatan dan kepuasan dalam
jumpa pertama ini, sehingga ketika mereda
keduanya pun menutup dengan saling mengecup
mesra, gemas-gemas sayang tanda senangnya.

Begitu nafas mulai tenang, Sinta memberi isyarat
menolak tubuh Oom Icar meminta lepas, tapi
sementara si Oom berguling terlentang di
sebelah, dia sudah mengejar, memeluk dengan
memegang batangnya dan merebahkan
kepalanya di dada Oom Icar. Meremas-remas
gemas sambil memandangi batang yang masih
mengkilap lengket itu.
"Bandel nihh.. maen nyodok aja?" komentar Sinta
sambil menarik penis Oom Icar.
"Abis kamunya juga bikin penasaran aja sih?"
balas Oom Icar dengan tangannya merangkul
leher bermain lagi di susu Sinta.
"Oom seneng ya sama aku?"
"Oo.. jelas suka sekali Sayaang.. Abis, kamu
memang cantik, memeknya juga enak sekali.."

kali ini dagu Sinta diangkat, bibirnya digigit gemas
oleh Oom Icar.
Sinta langsung bersinar bangga dengan pujian
itu. Itu pembukaan hubungan gelap mereka yang
sejak itu berlangsung secara sembunyi-sembunyi
dengan jadwal rutin karena masing-masing
seperti merasa ketagihan satu sama lain. Oom
Icar jelas senang dengan teman kencan yang
cantik menggiurkan ini. Permainan selalu memilih
tempat di hotel di luar kota tapi sekali pernah Sinta
mendapat pengalaman yang unik serta konyol di
rumah Oom Icar sendiri.
Suatu hari Tante Vera sedang berbisnis ke luar
kota ketika Sinta datang bertandang siang itu
untuk menemui Asmi. Kedua gadis itu memang
membuat janji akan jalan-jalan ke mall sore nanti
tapi karena waktunya masih jauh, Asmi
mempergunakannya untuk keluar rumah
sebentar. Oom Icar yang membuka pintu dan dia
sendiri ketika melihat ada peluang yang baik
langsung memanfaatkannya, karena begitu Sinta
masuk sudah disambut dengan telunjuk di bibir
memaksudkan agar Sinta tidak bersuara. Sinta
sempat heran tapi ketika digandeng ke kamar
Oom Icar dia kaget juga, segera mengerti
tujuannya.

"Iddihh Oom nekat.. nanti ketauan Oom.. Asmi
memangnya ke mana?" katanya tapi dengan nada
berbisik panik.
> "Sst tenang aja.. Kita aman, Asmi lagi pergi
sebentar, Tante lagi keluar kota sedang Hari lagi
tidur.." jelas Oom Icar. Hari adalah adik laki-laki
Asmi yang duduk di kelas III SMP. Masih ada
seorang lagi adik Asmi bernama Hendi yang
duduk di kelas I SMA tapi dia tinggal dengan
neneknya di Malang.

"Iya tapi gimana kalo Asmi dateng Oom?"
"Kan nggak ada yang tau kalau Sinta udah di sini.

Mereka nggak bakalan berani masuk kamar Oom.
Acaramu kan Oom denger masih nanti malem,
kita bikin sebentar di sini yaa?"
"Tapi Oom.?"
"Udahlah di sini aja dulu, Oom mau ke luar
sebentar. Tuch denger, kayaknya Hari udah
bangun. Nih, Oom tebus waktumu untuk jajan-
jajan sama Asmi nanti," kata Oom Icar langsung
memotong protes Sinta dengan mengulurkan
sejumlah uang yang cepat diambilnya dari
dompetnya untuk membujuk Sinta. Setelah itu
segera dia keluar kamar meninggalkan Sinta yang
karena merasa sudah terjebak terpaksa tidak
berani keluar takut kepergok Hari. Melirik uang
yang digenggamnya sepeninggal Oom Icar, hati
Sinta menjadi lunak lagi karena si Oom memang
pintar mengambil hati dan selalu royal memberi
jumlah yang cukup menghibur. Meskipun begitu
dia menguping dari balik pintu mendengarkan
situasi di luar dengan hati berdebar tegang.

"Pak, barusan kayaknya ada yang dateng
kedengeran pintu kebuka?" terdengar suara Hari
menanyai ayahnya.
"Ah nggak ada siapa-siapa kok, barusan memang
Bapak yang buka pintu."
Baru saja sampai percakapan ini, tiba-tiba
terdengar suara motor Asmi memasuki
pekarangan. Tidak lama kemudian dia masuk ke
rumah dan terdengar menanyai adiknya.
"Har, barusan Mbak Sinta singgah ke sini nggak?"
"Nggak tau, aku juga baru bangun.."
"Oh ya? Padahal Mbak Asmi singgah barusan ke
rumahnya, Mamahnya bilangnya ke sini?"
"Ya mungkin aja Sinta tadi ke sini tapi ngira kamu
nggak ada, jadi pergi ke tempat lain dulu." kali ini
Oom Icar ikut menimbrung pembicaraan.
"Iya tapi aku ada janji sama dia nanti sore-
sorean."
"Oo.. kalo gitu paling-paling sebentar juga ke
sini." putus Oom Icar menghibur anaknya.

Hening sebentar dan tidak lama kemudian
terdengar suara Oom Icar memesan kedua
anaknya agar jangan ada tamu atau telepon yang
mengganggunya karena dia beralasan agak tidak
enak badan dan akan tidur siang. Sesaat setelah
itu dia pun masuk disambut Sinta yang
bersembunyi di balik pintu langsung mencubit
gemas lengannya tapi tidak bersuara, geli dengan
sandiwara yang barusan didengarnya. Oom Icar
tersenyum dan menggayut pinggang Sinta,
menggandengnya ke tempat tidur. Sinta menurut
karena tahu kalau menolak maka Oom Icar akan
membujuknya terus, daripada berlama-lama
lebih baik memberi saja agar waktunya lebih
cepat selesai. Langsung diikutinya ajakan Oom
Icar untuk membuka bajunya, hanya saja masih
bingung jika permainan telah usai.

"Tapi nanti aku ke luar dari sininya gimana
Oom..?" tanyanya sambil menyampirkan celana
dalamnya sebagai kain penutup terakhirnya yang
dilepas.
"Gampang, Oom pura-pura aja nyuruh mereka
berdua keluar beli makanan, di situ Sinta bisa
aman keluar dari sini."
"Ngg.. Oom bisa aja akalnya.." Sinta sedikit lega.

"Oom kalo mikirin yang itu sih gampang.
Sekarang yang Oom pikirin justru ngeluarin
isinya barang ini yang enak gimana caranya."
timpal Oom Icar seraya mendekatkan tubuhnya
yang sudah sama bertelanjang bulat dan
mengambil tangan Sinta untuk diletakkan di
batang penisnya yang masih menggantung
lemas.
Sinta malu-malu manja tapi tangannya langsung
menangkap batang itu, menarik-narik,
melocoknya dengan genggaman kedua
tangannya sambil memandangi benda itu.
"Yang enak tuh kayak apa sih?" godanya mulai
bersikap manja-manja genit.
"Yang enaknya.. ya jelas pake ini Sin." jawab
Oom Icar balas menjulurkan tangannya
meremas selangkangan Sinta.
"Iddihh si Ooom.. pengennya yang itu aja?" Sinta
pura-pura jual mahal.
"Abisnya barang enak, jelas kepengen Sin.." kata
Oom Icar sambil mulai mengajak Sinta
berciuman.

Sinta memang memberi bibirnya tapi dia masih
kelihatan setengah hati untuk balas melumat
hangat, terlebih ketika akan diajak naik tempat
tidur dia seperti merasa berat.
"Nggak enak ah Oom, sungkan aku itu tempat
tidurnya Tante.." katanya mengutarakan
perasaannya yang tidak enak untuk bermain cinta
di tempat tidur keluarga itu. Oom Icar rupanya
bisa mengerti perasaan Sinta, dia tidak memaksa
tapi menoleh sekeliling sebentar dan cepat saja
menemukan cara yang lain.
"Ya udah kalo gitu kita bikin sambil berdiri aja. Sini
Oom yang atur, ya?" katanya sambil membawa
Sinta ke arah kaki tempat tidur dan
menyandarkan tubuh Sinta di palang-palang besi
tempat tidur itu.
Oom Icar memakai tempat tidur mahal tapi
model kuno yang terbuat dari besi lengkap
dengan tiang-tiang penyangga kelambunya. Di
situ pantat Sinta disandarkan di pagar bawah
tempat tidur yang tingginya pas menyangga
pantatnya, sedang kedua tangannya diatur Oom
Icar melingkar di sepanjang besi melintang di
antara dua tiang kelambu bagian kaki tempat tidur
yang tingginya setinggi punggung, sedemikian
rupa sehingga tubuhnya tersandar
menggelantung di besi melintang itu hampir pada
masing-masing ketiak Sinta. Suatu posisi yang
unik untuk bersanggama dalam gaya berdiri
karena setelah itu Oom Icar mengambil dua ikat
pinggang terbuat dari kain, lalu mengikat masing-
masing lengan Sinta pada besi melintang itu. Sinta
menurut saja memandangi geli sambil
menunggu apa yang selanjutnya akan dilakukan
Oom Icar. Berikutnya barulah Oom Icar mulai
merangsang dengan menciumi dan
menggerayangi sekujur tubuh Sinta dari mulai
atas hingga ke bawah. Berawal mengerjai kedua
susu Sinta dengan remasan dan kecap mulutnya
dan kemudian berakhir mengkonsentrasikan
permainan mulut itu di selangkangannya,
membuat Sinta yang semula setengah hati mulai
naik terangsang. Malah terasa cepat karena posisi
kedua tangannya tidak bisa ikut membalas ini
menimbulkan daya rangsang yang luar biasa.
Apalagi ketika mulut Oom Icar mulai memberi
rasa geli-geli enak di vagina yang tidak bisa ditolak
kepalanya kalau geli terlalu menyengat.

Begitu tengah sedang asyik-asyiknya permainan
pembukaan ini, di teras depan Asmi terdengar
mengalunkan suaranya berduet mengiringi Hari
dalam permainan gitarnya. Konyol memang buat
Asmi, sahabat yang sedang ditunggu-tunggu
untuk janji pergi bersama, ternyata sudah sejak
tadi ada di dalam kamar rumahnya sendiri,
sedang meliuk-liuk keenakan saat vaginanya
dikerjai mulut ayahnya, malah sudah tidak tahan
rangsangan gelinya yang menuntut untuk lebih
terpuaskan lewat garukan mantap penis ayah
Asmi sendiri.
"Ayyohh Oom.. janggan lama-lama.. masukkin
dulu Oom punnyaa.." bahkan rintih Sinta sudah
meminta Oom Icar segera mulai bersenggama.
Oom Icar tidak menunggu lebih lama. Dia segera
bangun dan membawa penisnya yang setengah
menegang menempel di celah vagina Sinta.

Membasahi dulu dengan ludahnya, menggosok-
gosokan ujung kepala bulatnya di klitoris Sinta
agar menjadi lebih kencang lagi, baru setelah itu
mulai diusahakan masuk ke dalam lubang vagina
di depannya. Sinta menyambut seolah tidak
sabaran, menjinjitkan kakinya untuk
mengangkangkan pahanya selebar yang bisa
dilakukannya tanpa bisa membantu dengan
tangannya. Dia terpaksa menunggu Oom Icar
bekerja sendiri menguakkan bibir vagina dengan
jari-jarinya agar bisa menyesapkan kepala
penisnya terjepit lebih dahulu, baru kemudian
ditekan membor masuk. Meningkat kemudian
lagu-lagu cinta Asmi yang berduet dengan Hari
mengalun romantis, ini senada dengan Sinta
yang saat itu juga sedang merintih lirih,
mengalunkan tembang nikmat ketika vaginanya
mulai disodok dan digesek ke luar masuk penis
tegang Oom Icar.

"Ngghh.. Ooomm.. Sssh.. hhshh.. ngghdduuh..

sshsmm.. hdduhh Oomm.. ennakk.. sshhh..

mmmh.. heehhs.. adduhh.." mengaduh-aduh

rintih suaranya tapi bukan kesakitan melainkan
sedang larut dalam nikmat.

Kalau tadi Sinta masih setengah hati untuk
melayani nafsu Oom Icar, sekarang dia juga ikut
merasa keenakan, karena bermain dalam variasi
posisi berdiri ini terasa santai dan mengasyikan
sekali baginya. Tidak repot menahan tubuhnya
tetap berdiri karena bisa menggelantung dengan
kedua lengannya, sambil menerima tambahan
enak tangan Oom Icar yang meremas-remas
kedua susunya, memilin-milin geli putingnya, dia
juga bisa ikut mengimbangi sodokan penis ini
dengan kocokan vaginanya. Malah tidak berlama-
lama lagi, ketika Oom Icar sudah serius tegang
akan tiba dipuncaknya Sinta pun mengisyaratkan
tiba secara bersamaan.

"Aduuhh.. Oomm..

ayoo.. sshh.. duh Sinta mau keluarr.. sssh..

hhgh.. Ooomm.." desah Sinta tertahan.

"Aduhhssh.. Iya ayoo Sin.. Oom juga sama-
samaa.. aahghh.."

segera mengejang Sinta
menyentak-nyentak ketika orgasme diikuti Oom
Icar tiba di ejakulasinya. Permainan pun usai
dengan kepuasan sebagaimana biasa yang
didapati keduanya setiap mengakhiri jumpa cinta mereka.


Adult | GO HOME | Exit
1/4953
U-ON

inc Powered by Xtgem.com